Jumat, 17 Oktober 2014

Saatnya Putra dan Putri Terbaik Pegawai PLN Berkontribusi




Sebagai satu-satunya Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menangani bidang ketenagalistrikan, PLN punya setumpuk masalah yang menjadi tantangan untuk dapat diselesaikan. Mulai dari permasalahan makro seperti menyoal elektrifikasi hingga permasalahan mikro yang berhubungan langsung dengan konsumen di tingkat Area Pelayanan Jaringan (APJ) yang biasanya lebih bersifat operasinal dan teknis. Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, tentu PLN akan kesulitan jika berdiri sendiri, bahkan sekalipun bersama pemerintah. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk turut serta membantu mengurai ‘benang kusut’.

Sayangnya sebagian besar masyarakat Indonesia hari ini belum sadar akan hal tersebut. Dalam perspektif sempit, masyarakat masih melihat PLN hanya sebagai perusahaan ‘penjual listrik’ dan sebagai sasaran utama untuk meluapkan emosi ketika terjadi pemadaman listrik. Memang, menyalahkan lebih mudah daripada membenahi. Tapi bukan berarti masalah tak dapat diselesaikan bukan? Garis finish akan tetap dapat dicapai dengan diawali satu langkah penuh keyakinan. 

Kebetulan dalam memperingati Hari Listrik Nasional ke-69 yang bertepatan tanggal 27 Oktober 2014, kali ini PLN mengadakan lomba menulis blog yang bekerjasama dengan blogdetik. Momentum ini merupakan sebuah kesempatan besar bagi saya untuk dapat memberikan sumbangsih pemikiran. Memenangkan perlombaan ini bukanlah menjadi tujuan utama saya. Ada harapan lain yang lebih besar, yakni tulisan ini mampu memberikan gagasan di tataran ide mengenai hal-hal yang dapat dilakukan oleh PLN sekaligus sebagai langkah awal penuh keyakinan untuk dapat mencapai garis finish dalam upaya menyelesaikan sebuah permasalahan.

Dari setumpuk permasalahan yang dihadapi PLN, saya tertarik pada satu topik masalah besar, yakni minimnya kesadaran masyakat tentang hemat energi.


Pendidikan; Simpul Strategis Untuk Mengurai Benang Kusut Minimnya Kesadaran Hemat Energi

Beragam upaya sebenarnya telah dilakukan oleh PLN untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hemat energi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembelian listrik dengan metode token adalah salah satu kebijakan PLN untuk mereduksi masalah tersebut secara tidak langsung. Metode ini diharapkan mampu mendidik masyarakat untuk dapat memperkirakan penggunaan listriknya sendiri sehingga pemakaian listrik menjadi tidak boros atau efisien. Sedangkan upaya secara langsung, dilakukan PLN melalui penyuluhan dan sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang pentingnya budaya sadar hemat energi.

Jika kita berkaca pada dua contoh upaya tersebut, maka semuanya bermuara pada pendidikan. Hal ini sebenarnya sudah sejalan dengan apa yang akan saya usulkan. Sehingga hemat saya, upaya ini harus diteruskan, namun perlu adanya penambahan konsep yang lebih kreatif, inovatif, dan strategis sehingga gerakan pendidikan sadar hemat energi ini bisa lebih masif.

Proses pendidikan memang membutuhkan waktu. Oleh sebab itu, saya menyebut pendidikan sebagai salah satu long-term invesment. Dalam waktu yang relatif lama tersebut, tentunya strategi yang terencana, matang, dan berkesinambungan sangat dibutuhkan agar waktu yang telah berjalan tidak terbuang sia-sia. Menurut seorang ulama Mesir, Hasan Al-Banna, konsep pendidikan dalam upaya perbaikan yang baik terdiri dari 4 tahapan, yakni dimulai dari perbaikan individu, kemudian perbaikan keluarga, setalah itu berlanjut ke perbaikan masyarakat, dan goal-nya adalah perbaikan Negara.



Perbaikan individu disini adalah sebuah proses keteladanan awal yang harus dimulai dari seseorang yang dinilai paling paham tentang hemat energi, yakni pegawai PLN. Individu ini harus mampu menunjukkan secara sikap bagaimana seharusnya budaya hemat energi dilakukan. Setelah tahap itu terpenuhi, tahap selanjutnya adalah pendidikan dalam keluarga. Bagi pegawai PLN yang sudah berkeluarga, harus atau wajib memberikan pendidikan budaya hemat energi kepada keluarganya, khususnya untuk anak-anaknya. Dalam tahap inilah merupakan kunci dari gagasan yang akan saya usulkan sebelum menginjak ke tahapan yang lebih besar, yakni perbaikan masyarakat dan Negara.


PLN Lahirkan Komunitas Future Leader for Save Energy (FLSE)

Saya menilai untuk membumikan budaya yang baik ini, dibutuhkan banyak agent of change yang mana dapat mengandalkan potensi putra dan putri terbaik pegawai PLN. Dengan catatan, tahap sebelumnya telah terlewati dengan baik, yakni perbaikan pendidikan sadar hemat energi dilingkungan keluarga pegawai PLN. Dalam implementasinya, PLN membuat sebuah komunitas yang saya namakan Future Leader for Save Energy (FLSE).

Komunitas ini diinisiasi oleh putra dan putri terbaik PLN dimana dalam pengembangannya ke depan, tidak menutup kemungkinan bahwa anak muda diluar keluarga besar PLN bisa turut serta berkontribusi dalamnya. Komunitas inilah yang nantinya akan menyusun dan melaksanakan program-program guna membumikan gagasan sadar hemat energi kepada masyarakat. Proses ini adalah tahap menuju perbaikan masyarakat.

Keuntungan yang diperoleh dari gagasan ini selain membantu PLN dalam menyadarkan masyarakat untuk hemat energi, juga dapat menjadi sebuah wadah untuk menjalin keakraban dan membangun jaringan di seluruh keluarga besar PLN. Tidak hanya itu, komunitas ini juga dapat menjadi wadah pengembangan softskill putra-putri pegawai PLN agar dapat menjawab tantangan zaman. Dengan dukungan Corporate Social Resposibility (CSR) yang dimiliki oleh PLN, rasanya tidak ada halangan soal penganggaran operasional komunitas ini. Keuntungan yang lain, CSR pun dapat terserap dengan baik, sehingga tidak hanya sekedar untuk hal-hal yang bersifat eventual.

Jika ekspansi ke tahap masyarakat sudah dapat diterima dengan baik, secara otomatis perbaikan di tingkat Negara tentang kesadaran hemat energi akan dengan sendirinya mengikuti.


Penutup

Demikian gagasan yang bisa saya berikan. Semoga dapat menjadi pertimbangan para direksi ataupun stakeholder khususnya yang menangani di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Adapun jika diminta untuk menjadi Steering Commitee atau elemen lainnya guna mewujudkan terbentuknya komunitas ini, saya juga akan bersedia membantu sebagai tanggung jawab atas gagasan ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar