Selasa, 18 Desember 2012

Indonesia Peringkat 63 Sebagai Negara Gagal (Failed States)



Belakangan ini, salah satu lembaga statistik dunia, Fund for Peace 2012 melansir peringkat terbaru failed states (Negara Gagal) di dunia.
Indonesia berada di peringkat 63. Kalah jauh dengan Negara tetangga Malaysia yang berada di peringkat 110 berdampingan dengan Negara di Amerika Selatan dan Afrika.

Berikut ini nilai dan parameter yang digunakan (Indonesia) :
  1. Demographic Pressures : 7,4
  2. Refugees and IDPs : 6,3
  3. Group Grievance : 7,1
  4. Human Flight : 6,6
  5. Uneven Development : 7,2
  6. Poverty and Economic Decline : 6,0
  7. Legitimacy of the State : 6,7
  8. Public Service : 6,2
  9. Human Rights : 6,8
  10. Security Apparatus : 7,1
  11. Factionalized Elites : 7,0
  12. External Intervention : 6,2
Informasi ini sejujurnya bukan untuk menyebarkan semangat pesimisme terhadap Bangsa ini, namun sebaliknya. Jadikan innformasi ini untuk memperkuat semangat kita untuk membenahi Bangsa ini.
Sumber :
http://www.foreignpolicy.com/failed_states_index_2012_interactive 

Senin, 17 Desember 2012

Tahun 2050, Indonesia Menguasai 50 Persen Ekonomi Dunia



Setelah mengalami keterpurukan saat revolusi Industri di Perancis, Asia berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi di tengah krisis perekonomian dunia saat ini secara perlahan. Potensi pertumbuhan ekonomi di Asia tersebut diperkirakan akan semakin besar dalam beberapa tahun yang akan datang, termasuk Indonesia. Beberapa hasil riset dan proyeksi berbagai lembaga ekonomi terutama dari luar negeri seperti IMF, McKinsey, dll membicarakan hal yang serupa.

"Ada tiga rezim yang menguasai perekonomian dunia saat ini, yaitu greater China yang di dalamnya terdiri atas China, Taiwan, Hong Kong dan Makau. Kedua adalah greater India yang terdiri dari India, Nepal, Pakistan dan Afganistan. Sementara itu, untuk Asia Tenggara yang saat ini menjadi kawasan yang mampu mempengaruhi ekonomi dunia, Indonesia menjadi satu-satunya yang memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Dari sepuluh negara yang ada, sekarang ini Indonesia menguasai 40 persen ekonomi Asia Tenggara. Jadi nantinya ada tiga rezim, yaitu greater China, India dan Indonesia," kata beliau.

International Monetary Fund (IMF) yang menyebutkan bahwa sepanjang 2012-2017 Indonesia akan memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 15,5 persen. Pada tahun 2050 Indonesia akan menguasai 50 persen ekonomi dunia, sedangkan pada 2010 Indonesia sudah tercatat menguasai 27 persen ekonomi dunia. "Pada 2050, Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat setelah India, China dan Amerika Serikat (AS)," kata Chairul sembari mengatakan, saat ini lima besar ekonomi dunia ditempati AS, China, Jepang, India dan Jerman.
Chairul mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh besarnya jumlah masyarakat kelas menengah yang terus mengalami peningkatan. Pada 2011 saja, kata dia, penduduk berpendapatan USD3.600/kapita/tahun sudah mencapai 45 juta orang. "Dalam kurun beberapa tahun ke depan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5-6 persen, maka jumlah kelas menengah akan menjadi 135 juta orang," katanya.

Disatu sisi kita harus bangga dengan prestasi besar ini, namun disisi lain pemerintah harus melakukan antisipasi terhadap disparitas ekonomi di masyarakat yang masih cenderung lebar. Jika masa kebangkitan Indonesia itu datang namun tidak dibarengi persiapan yang matang, bisa jadi masyarakat kecil lah yang sekali lagi akan menjadi korban kebengisan “hukum rimba”.

Disampaikan di Seminar Nasional – Kongres IKA ELITS 2012 (Hotel Sahid Jaya Jakarta)


Rabu, 12 Desember 2012

Saya dan PPKn / PKn / Kewarganegaraan (entah mana yang benar)


Cerita ini merupakan pengalaman pribadi saya yang berhubungan dengan Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) / Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) / Kewarganegaraan (entah mana yang benar)

Ketika saya menikmati pendidikan di Sekolah Dasar (SD), pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) rasanya menjadi pelajaran yang paling mudah. Mengapa? Karena setiap kali ada persoalan, jawabannya selalu berkutat pada gotong royong, kerukunan, dan tenggang rasa. Apalagi kalau soalnya adalah pilihan ganda. Hampir dipastikan pilihan-pilihan jawaban itu pasti muncul. Terang saja saya langsung menyilang pilihan jawaban tersebut karena pilihan yang lainnya sama sekali tidak ada hubungannya sama soal. Dilematis! Memang semudah itu PPKn di tingkat pendidikan Sekolah Dasar walaupun dalam tindakan nyatanya saya belum tahu apa makna gotong royong, kerukunan, dan tenggang rasa yang sebenarnya. Ketika itu! Boleh jadi saya juga harus bangga ketika Pak Guru (kesayangan saya) menanyakan pertama kali siapa yang hafal Pancasila. Saya masih ingat kalau tidak salah ada 6 anak yang menangkat tangan dengan semangat, termasuk saya. Enam anak lucu ini akhirnya memimpin “deklarasi” Pancasila di depan kelas. Sila per sila didengungkan seisi kelas. Biasa saja, tidak menggugah hati!?

Memasuki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), terdapat mata pelajaran yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Jika kita cermati, ada perubahan dari SD ke SMA untuk penamaan mata pelajaran ini, yakni hilangnya Pendidikan Pancasila. Pada pelajaran ini lebih mengutamakan sistem demokrasi, yakni dari, untuk, dan oleh siswa. Artinya, sistem pembelajarannya lebih menekankan kepada presentasi dan diskusi. Sistem inilah yang membuat saya semangat untuk mengikuti pelajaran ini. Saya selalu menyimak presentasi yang dilakukan. Bukan karena saya ingin memahami materi, tetapi mengumpulkan data untuk membuat pertanyaan yang akan diajukan pada sesi diskusi. Alasannya sederhana, yakni ingin mendapatkan nilai dan dapat memberikan pertanyaan berbobot yang bisa membuat peserta presentasi kesulitan dalam menjawab. Hahaha.... Alhasil jelas saja, setiap sesi diskusi saya menjadi siswa yang merupakan pilihan terakhir untuk ditunjuk oleh peserta presentasi. Tetapi untungnya Pak Guru selalu memberikan saya kesempatan. Bagaimana tidak? Saya selalu ngotot untuk diberikan kesempatan memberikan pertanyaan walaupun kesempatan bertanya sudah habis. Hehehe... Terima kasih Pak. Oya, Pak Guru ini juga yang menunjuk saya untuk mewakili Kabupaten Sidoarjo sebagai siswa teladan dalam ajang kompetisi siswa teladan tingkat provinsi. Bisa ditebak! Hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pantas saja lah, orang “slengekan” seperti saya kok ditunjuk sebagai siswa teladan. Tetapi mungkin Pak Guru tersebut memiliki pandangan yang berbeda.

CATATAN (KU) SEORANG DEMONSTRAN


SEBUAH KRONOLOGI PERGERAKAN KM ITS DALAM RANGKA TOLAK KENAIKAN BBM DAN DELAPAN TUNTUTAN MAHASISWA (DENTUM) KM ITS

Selasa, 27 Maret 2012.
Hari Selasa itu bukan selasa kemarin, minggu depan, atau Selasa-Selasa yang lain. Walaupun nama harinya tetap adalah SELASA!

Pukul 05.51 WIB : Pagi itu seperti biasa, aku menyambut pagi untuk bergegas pergi ke kampus dari nyamannya rumah untuk beristirahat. Sepanjang perjalanan, tampak biasa saja. Tidak ada yang terasa istimewa. Tetap saja berjubel kendaraan serta berbagai manusia berkepentingan yang mewarnai macet dan ramai riuhnya kota.

Sekitar pukul 06.40 WIB (kurang jelas waktunya karena hanya sekilas melihat jam yang ada di pos SKK) :  Taman Alumni ITS masih terlihat lengang. Tak tampak bahwa tempat tersebut akan menjadi pos terpusat bangkitnya KM ITS dari tidur panjangnya dari arti sebuah aksi.

Pukul 07.16 WIB : Rasa pesimistis kian mengurungku. Sudut-sudut kampus masih belum terlihat massa yang bergerak. Tetapi semangat belum pudar! Berbincangan dengan kawan-kawan sekitar pun terjadi, sembari berharap mereka bisa ikut dalam perjuangan kami.

Pukul 08.42 WIB : Aku menerima sebuah sms yang kurang lebih berisikan instruksi untuk segera berkumpul di Taman Alumni. Bersama beberapa rekanku yang lain (Afif Nur Wahyudi dan Nata Khakima), kami memenuhi panggilan itu. Tak lupa panji merah putih kami raih dan tergenggam kuat di tangan. Datang dari Timur, tampak saudara Wahyi Ba’dal Fitri menyusul keberangkatan bersama kami.

Pukul 09.21 WIB : Siap siaga beberapa petugas dari kepolisian siap mengawal kami bersama mobilnya yang terlihat tangguh. “Koloni” almamater biru sudah mulai berkerumun di Taman Alumni ITS. Namun sayang untuk jumlah “koloni” yang terlihat membuat hati ini miris. Rasanya sangat bertolak belakang dengan semangat dan ekspektasi kami untuk turun aksi Selasa itu. Namun dalam beberapa menit kemudian, semangat kami seakan pulih kembali bersamaan dengan kiriman massa yang cukup representatif dari KM ITS. Sekitar 100 massa tumpah di Taman Alumni ITS.
Beberapa saat kemudian dilakukan konsolidasi untuk pembagian ranah teknis dan pembagian tali rafia untuk diikatkan di lengan sebagai tanda agar tidak ada penyusup yang berniat melakukan penunggangan.

Pukul 10.35 WIB : Pak Presiden BEM ITS, Imron Gozali terlihat sibuk dengan telepon genggamnya. Ternyata beliau mencoba menghubungi Pak Herman (Pembantu Rektor I ITS) untuk dapat memberangkatkan dan berharap merestui aksi kami. “Ah tidak mungkinlah beliau mau merestui kami”, pikirku. Namun, di luar ekspektasiku, beberapa menit kemudian beliau hadir dan memberikan beberapa patah kata mengenai peran mahasiswa sebagai kontrol social dan kaum intelektual yang harus bersih dari penunggangan. VIVAAATTT!!! Itulah kata terakhir dari beliau yang semakin membakar semangat dan memantabkan langkah kami.

Pukul 10.42 WIB : Massa aksi berangkat dengan kawalan ketat aparat kepolisian. Panji-panji merah putih dan BEM ITS berkibar dengan gagahnya di depan barisan diiringi sirine dan seruan-seruan khas mahasiswa kala itu. SURABAYA TERSENTAK! KM ITS bangkit dari tidur panjangnya dan keluar dari kandangnya. Rombongan menuju D3 Teknik Sipil yang terletak di kampus manyar. Sebuah bentuk kepedulian dan penghormatan bahwa kita tidak akan melupakan rekan kita yang satu ini walaupun kampus terpisah lokasi.
Sepanjang perjalanan, melewati pasar, menyapa pedagang asongan, tukang becak, tukang parkir, dll membuat kami sadar bahwa sikap kita telah ditunggu oleh mereka. Sama sekali tidak ada penolakan! Acungan jempol dan lambaian tangan mereka kepada kami pertanda restu yang mereka berikan. Bahkan tidak sedikit yang menyerukan, ”HIDUP MAHASISWA!” Tentu saja sorot semacam ini membawa gegap gempita dan haru birunya perjalanan kami.

Pukul 11.12 WIB : Kami tiba di belokan patung karapan sapi di Jl. Basuki Rahmat Surabaya. Disana kami melakukan aksi ”tuntun sepeda motor” hingga di depan POLSEK Tegalsari. Ternyata pihak aparat sama sekali tidak menunjukkan sifat yang represif bahkan cenderung kooperatif. Hal ini ditunjukkan dengan diberikannya lahan parkir sepeda motor untuk kami (terima kasih Pak Polisi). Sebelumnya kami berencana untuk memarkir di lahan parkir salah satu restaurant makanan cepat saji disana. ”Entah mengapa teman-teman memilih lokasi itu? Ada celetukan bahwa restaurant itu melambangkan sisi kapitalisme Indonesia, maka harus diduduki! Hahaha.. Bisa saja!.” kataku dalam hati.


17 Agustus 1945 (SENGSARA TETAP SENGSARA!)

Yth. H Mutahar (Pencipta Lagu 17 Agustus 1945)
Saya mohon diri sekaligus memohon maaf untuk merubah sedikit lirik lagu ciptaan anda dengan melihat realita kondisi bangsa saat ini.
Semoga anda berkenan dan semoga lagu ini mampu menjadi penghantar semangat mahasiswa yang peka akan kondisi bangsanya.


TUJUH BELAS AGUSTUS TAHUN EMPAT LIMA

KATANYA HARI KEMERDEKAAN KITA

AH MASA' IYA... YANG BENAR AJA!

BUKTINYA RAKYAT KITA MASIH SENGSARA

SENG...SA...RA...!!!

SEKALI SENGSARA TETAP SENGSARA!

NYATANYA KORUPSINYA DIMANA-MANA

KITA TETAP...SETIA...TETAP SEDIA...

MEMPERTAHANKAN INDONESIA...

KITA TETAP...SETIA...TETAP...SEDIA...

MEMBELA NEGARA KITA!

(Melodi : Lagu 17 Agustus 1945)


Memori 20 Oktober 2011 - Evaluasi 2 Tahun SBY-Boediono dan 7 Tahun Pemerintahan SBY