Sabtu, 26 Juni 2010

Siapa kah yang Tahu Berapa Nilai Sesungguhnya Dari Cinta Itu?

Alkisah di sebuah pulau yang kecil, hiduplah berbagai macam penduduk yang abstrak, yaitu Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan dan Ketampanan, Kesedihan, dan Cinta

Suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau bergegas menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak mampu berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu, air kian naik dan membasahi kaki Cinta.

Tak lama, Cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta. "Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu, aku takut perahu ini tenggelam, lagipula sudah tidak ada tempat bagimu dalam perahu ini." kata Kekayaan.

Lalu Kekayaan bergegas pergi. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan sedang mengayuh perahu. "Kegembiraan! Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia baru saja menemukan sebuah perahu yang sedang dikayuhnya sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.


Air semakin tinggi dan menenggelamkan Cinta sampai ke pinggang. Cinta pun semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan dan Ketampanan. "Kecantikan! Ketampanan! Tolong bawa aku bersama kalian!", teriak Cinta. "Wah kamu basah dan kotor sekali!", jawab Kecantikan. "Maaf Cinta, kami tidak bisa membawamu! Nanti kamu mengotori perahu kami yang indah ini!" sahut Ketampanan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah kesedihan. "Oh Kesedihan, tolonglah aku! Bawalah aku bersamamu!", kata Cinta dengan nada merintih. Kesedihan pun menjawab, "Maaf Cinta, aku sedang sedih! Dan aku ingin sendirian saja...." Dan Kesedihan pun terus mengayuh perahunya dengan wajah murung.

Cinta sudah putus asa. Ia merasakan air semakin naik dan mulai menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah perahu itu. Ia melihat sosok yang tua dengan perahunya. Cinta bergegas naik ke perahu itu sebelum air menenggelamkannya.

Di perjalanan, sosok tua itu hanya diam dan terus mengayuh perahunya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itu, Cinta baru sadar jika ia tidak mengenal sosok tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu. "Siapakah orang tua tadi yang telah menolongku?", tanya Cinta. "Dia sama seperti penghuni pulau ini dan tidak ada bedanya denganku. Dia adalah Waktu!", kata orang tua itu. "Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan untuk menolongku.", tanya Cinta dengan heran. "Sebab, hanya Waktu lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu...."

Akhirnya, Cinta hidup behagia berdampingan dengan penduduk pulau itu yang seluruh penduduknya adalah Waktu.

Kini Cinta telah rapuh dan tua. Cinta pun merasa tak sanggup lagi untuk hidup. Sebelum Cinta menhembuskan nafas terakhir, Waktu berbisik kepada Cinta.

Kawanku, kamu dan aku akan tetap asing terhadap kehidupan...

Dan terhadap satu sama lain, dan terhadap diri masing-masing...

Sampai hari ketika kamu berbicara dan aku mendengar,

Menganggap suaramu suaraku;

Dan ketika aku berdiri di mukamu

Mengira diriku berdiri di muka cermin.

Setelah mendengar itu, Cinta pun menghembuskan nafas terkhirnya dan mati dipangkuan sang Waktu.



Aku mangagumi orang yang membuka pikirannya kepadaku; Aku hormati dia yang mengungkap impian-impiannya. Tetapi mengapa aku tersipu, bahkan sedikit malu di kala aku bertatapan dengan orang yang mencintaiku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar